Anak-anak ibarat kertas yang masih kosong, mereka belum mampu membedakan hal yang baik ataupun buruk dan seringkali melakukan kesalahan. Sudah menjadi tugas orangtua untuk mendidik dan membekali mereka dengan ilmu. Dalam proses pembelajaran tersebut, kita sebagai orangtua terkadang kehilangan kesabaran dan memilih menghukum anak secara fisik agar mendapat efek jera. Pantaskah hal tersebut dilakukan?
Sebagai umat Islam, tentu saja rujukan kita adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sabda Beliau yang dinukilkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yang tidur hingga dia terjaga, anak kecil hingga dia baligh, dan orang gila sampai kembali akalnya.” (HR. Abu Dawud no. 4403, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih).
Hal ini mengisyaratkan agar kita, orangtua, mestinya memberikan toleransi dan kelonggaran akan tingkah polah anak mengingat keterbatasan akal mereka. Terlebih lagi pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan kemaksiatan.
Bagaimana jika menyangkut masalah akhlak dan ibadah? Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka bila enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5744).
Dalam mendidik anak melakukan amalan sholat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas memerintahkan orangtua untuk memukul anak-anak yang melalaikan shalat. Namun pukulan ini bukan untuk menyakiti anak, melainkan untuk mendidik dan meluruskan mereka mengingat sholat adalah tiang agama, pondasi terpenting dalam Islam.
Seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam pendidikan akhlak para sahabat tidak segan bersikap keras bila melihat keluarganya berbuat kemungkaran. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika melihat salah seorang di antara keluarganya bermain dadu. Dikisahkan oleh Nafi’, maula Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
“Apabila Abdullah bin ‘Umar mendapati salah seorang dari anggota keluarganya bermain dadu, maka beliau memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (Dikatakan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 960: shahihul isnad mauquf).
Pedoman yang dapat diambil dari contoh diatas adalah Islam mengharuskan kita sebagai orangtua untuk mendidik anak-anak kita dengan kelembutan. Namun untuk hal-hal yang berpotensi kearah kemungkaran dan kemaksiatan, orangtua wajib bertindak tegas bahkan menggunakan hukuman fisik asalkan benar-benar diniatkan untuk kebaikan anak, bukan pelampiasan emosi semata karena bekal pendidikan yang kita berikan kepada anak-anak kita suatu saat nanti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
http://anakmuslim.wordpress.com/2009/01/19/ringan-dalam-menghukum/#more-111