Munika Duri – Blitar
Elia Barroti Taqiyya, begitu nama adikku yang paling kecil yang biasa dipanggil Tita. Umurnya sekarang 5 tahun, tapi kadang tingkahnya layaknya orang dewasa. Apapun yang dilihatnya dari orang lain terutama saat dirumah pasti ditirunya mulai dari ikutan mengepel, melipat baju, menyapu hingga mencuci pakaian. Mungkin maksudnya ingin membantu, namun tangannya yang belum terampil tak jarang malah membuat pekerjaan rumah berantakan sehingga kadang malah menambah pekerjaan baru.
Begitu pula ketika mendengar adzan, biasanya dia langsung kebingungan mencari sandal suci untuk ikutan berwudhu. Sebenarnya ibu melarang Tita karena takutnya cipratan air bekas wudhu malah membikin najis semua tempat, namun karena kasihan juga saat semua ikut berjamaah tak ada yang menemaninya, akhirnyaTita diperbolehkan masuk ketempat sholat dan menjadi makmum mungil.
“Kak, aku pake mukena yang mana?” tanyanya bingung saat melihat semua orang sudah mengenakan mukena putih-putih.
Aku terdiam sejenak, berpikir kalau-kalau masih ada mukena kecil yang masih bisa dipakainya. Tapi selisih umurku dengan Tita yang jauh (sekitar 20 tahun), tentu tak ada barang yang tersisa lagi untuk ukurannya.
“Kak, …aku pengen pake mukena” sekali lagi Tita menarik mukenaku, sementara Ayah sudah selesai berwudhu dan bersiap memulai jamaah
“Bentar, Yah” pamitku keluar dari tempat sholat sebentar
Aku segera mencari jilbab putih dan segeram engenakannya pada Tita, kukancingkan asal-asalan karena anggota keluarga lain sudah menunggu. Selama sholat berlangsung Tita nampak serius mengikuti setiap gerakan, buktinya tak ada lagi suara celotehnya. Saat dzikir dia juga nampak bersemangat mengikuti bacaan hingga mengucap “Amiin” paling keras saat Ayah membaca doa. Seusai sholat seperti biasa kami langsung mengaji. Sebelum aku mengaji sendiri, terlebih dahulu aku mengajari Tita membaca iqra’ jilid 2. Ibu memang sudah memintaku mengajari Tita mengaji sejak lama dan Alhamdulillah dia cepat mengahafal huruf-huruf hijaiyah.
“Shodaqollahul ‘adzim”, Tita menutup bacaannya sambil menutup iqra’ nya
“Kakkkk…” rengeknya
“kenapa?” jawabku tanpa memandang kearahnya karena masih mencari batas mengajiku
“Kak, kalau aku selesai jilid 2, aku dikasih hadiah ya” ucapnya sambil tersenyum, nampak lucu menurutku cara merayu ala anak kecil
“Emang kamu pengen apa? Permen?” tanyaku menyelidik
Tita hanya menggelengken kepala, terdiam.
“Hayo bilang aja, nanti kakak kasih deeh”, ucapku tak sabar karena aku belum mengaji
“Bener Kak?” tanyanya membelalakkan mata bulatnya
Aku mengangguk sambil memandangnya, menunggu jawaban.
“Aku pengen mukena, Kak. Mukenanya temanku bagus-bagus deh, ada yang gambar stroberry, ada yang warnanya pink renda-renda . . .” celotehnya
“Masak aku kalau sholat pake jilbab, nanti kalau sholat nyang gak diterima Allah gimana Kak?” tambahnya lagi sebelum aku menjawab apa-apa
“Iya… iya, besok kalau jilid 2 selesai, kakak beliin deh yang buagus” bujukku membuatnya senang bukan kepalang.
Selang beberapa hari kemudian aku pun mulai mencari-cari model mukena yang cocok untuk adik kutersayang di media sosial. Ternyata ada salah satu produk yang cukup menggoda hati, yaitu Sanaya Kids dengan desainnya yang unik dan pas untuk anak-anak. Alhamdulillahnya lagi Sanaya berbaik hati mengadakan event lomba. Semua produk Sanaya benar-benar di desain dengan apik dan menarik, diantara semuanya saya paling suka mukenanya. Benar-benar berbeda dengan mukena-mukena yang lain yang pernah saya tahu. Dengan begitu adik saya pasti tambah semangat belajar sholat dan mengajinya, begitu juga dengan adik-adik yang lain.