Tak Perlu Lelah Menghadapi Balita Suka Membantah

Pernahkah Bunda mengalami saat si tiga tahun yang penurut tiba-tiba menjadi “monster kecil” yang suka membantah dan melawan orang tua? Tak jarang ia akan mengamuk saat dilarang melakukan sesuatu. Cukup melelahkan memang menghadapi situasi sulit ini tanpa melibatkan emosi. Sebenarnya fase ini wajar terjadi karena pada usia balita, anak mulai membentuk karakter dan ingin menunjukkan jati dirinya, memunculkan kesadarannya bahwa ia sekarang menjadi pribadi yang terpisah dari ayah-ibu (dikutip dari buku What to Expect The Toddler Years).

Bunda tak perlu cemas merasa gagal mendidik karena menurut psikolog, usahanya untuk menentang orangtua adalah normal bahkan dapat menjadi parameter perkembangan intelegensi anak. Mengapa demikian? Dengan menentang, ini menunjukkan anak sedang mengembangkan kemampuan analisanya terhadap situasi yang sedang terjadi. Anak penurut tak sepenuhnya baik karena menunjukkan ia tak dapat mengambil keputusan sendiri.

Meski demikian, tentu saja Bunda tetap harus mengarahkan anak agar dapat mengendalikan dirinya. Berikut beberapa hal yang dapat Bunda lakukan dalam menghadapi balita suka membantah:

Menanamkan nilai moral. Balita umumnya sudah dapat diberi pengertian. Saat santai atau sedang bermain bersama anak, Bunda dapat menasehati tentang dampak jika ia suka membantah, misalnya ayah dan bunda menjadi sedih, tak ada yang mau berteman jika ia tak bersikap kooperatif dan selalu melawan dsb.

Memastikan keamanannya. Balita sangat suka mencoba sesuatu yang baru. Jika Anda melarang melakukan sesuatu yang berbahaya, si kecil justru akan penasaran dan instingnya pasti akan menyuruh melakukan sebaliknya. Oleh karenanya, Bunda harus mengantisipasi hal ini dengan langkah preventif misalnya mengunci pagar, mengamankan steker listrik, obat-obatan, barang mudah pecah, benda tajam dari jangkauan anak.

Menahan emosi. Tahukah Bunda bahwa dengan marah, mengancam bahkan memukul malah membuat si kecil menjadi defensif. Jalan terbaik menghadapi balita yang sedang berulah adalah dengan menarik nafas dalam-dalam, mengamankannya jika ia sedang melakukan sesuatu yang berbahaya dan diam untuk sementara. Jika anak sudah tenang barulah Bunda menjelaskan alasan mengapa ia dilarang.

Menetapkan batasan apa yang boleh dan tidak. Bunda dapat membuat kesepakatan dengan anak, apa saja yang boleh dilakukan dan apa saja yang tidak ada toleransi. Dengan konsisten menjalankan peraturan, lama kelamaan anak pasti akan  terbiasa terkendali.

Berilah konsekuensi jika anak melanggar apa yang sudah ditetapkan. Bunda bisa “menghukum” anak jika tidak menepati kesepakatan, misalnya dengan mengurangi jatah bermainnya atau menyuruh anak merapikan mainan sendiri. Berat diawal tai jika sudah rutin diterapkan pasti bisa berjalan dengan sendirinya.

Semoga artikel ini bermanfaat ya Bunda!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *