Stop Kebiasaan Mencuri!

Sari (27 tahun) merasa heran karena tiba-tiba mainan anaknya bertambah banyak, padahal ia tak pernah merasa membelikan. Usut punya usut, ternyata balitanya secara rutin mengambil mainan milik teman-temannya saat bermain bersama. “rasanya malu, jengkel, marah, kecewa dan sedih bercampur jadi satu” tuturnya. Ia pun tak abis pikir mengapa hal tersebut bisa terjadi, padahal si kecil tak pernah kekurangan secara materi.

Kisah diatas mungkin tak asing lagi bagi Bunda karena bisa terjadi pada anak-anak di sekitar kita. Pada usia balita kebanyakan anak belum paham tentang konsep kepemilikan. Sehingga ia merasa boleh-boleh saja mengambil barang milik teman. Selain itu ada beberapa hal lain yang mungkin menjadi penyebab mengapa anak suka mencuri:

  • Terbiasa terpenuhi segala keinginannya. Membelikan anak apa pun yang diinginkan tidak selalu berdampak positif. Saat anak tak mendapat dari orang tua, bisa jadi ia enteng saja mengambil milik orang lain.
  • Rasa iri. Melihat teman selalu mendapat barang baru bisa membuat anak mencari cara untuk mendapatkan hal yang sama. Terlebih bila orang tua tak pernah peduli pada keinginan anak, mencuri merupakan pilihan terbaik baginya.
  • Balas dendam. Mungkin saja si kecil pernah mengalami hal serupa, jadi ia membalas dengan mengambil barang milik teman yang nakal tersebut.
  • Sekedar ikut-ikutan. Bisa jadi anak pernah melihat temannya mencuri, ia merasa hal tersebut menegangkan dan menyenangkan sekaligus mendapatkan pengakuan dari temannya bahwa ia pemberani.
  • Kurang perhatian. Pada kasus orang tua yang terlalu sibuk sehingga kurang perhatian atau pada orang tua yang bercerai, seringkali anak mengalami gangguan emosional dan mencuri bisa menjadi salah satu cara baginya untuk melampiaskan kekecewaan.

Jika penyebabnya sudah diketahui, selayaknya orang tua segera mencari penyelesaian karena bila diteruskan, bukan tak mungkin hal buruk ini berlanjut sampai anak dewasa kelak. Orang tua wajib memberi pengertian kepada anak tentang konsep kepemilikan dan empati, katakan pada anak bagaimana bila posisinya terbalik, bagaimana bila barangnya yang diambil, tentu tak enak rasanya.  Menanamkan keimanan dan rasa takut kepada Allah SWT juga sangat ampuh membuat anak merasa senantiasa diawasi oleh Allah. Jika masalahnya karena anak kurang perhatian, maka orang tua wajib mengubah sikap, meluangkan waktu lebih banyak bersama anak dan menunjukkan rasa sayang tanpa memanjakan berlebihan. Orang tua juga bisa menggunakan buku cerita misalnya “si kancil yang mencuri timun” sebagai media untuk menjelaskan kepada anak tentang bahaya buruk mencuri. Pastikan juga anak mendapat apa yang dibutuhkan secara wajar dan tidak berlebihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *